Wednesday, March 28, 2007

Suatu Hari di Negeri Bunbun

Suatu hari di Kadipaten Udang Rabun, yang semua penduduknya bernama bun bun...
Pak Bun Bun Ketua DPRD dari yang biasanya jarang masuk koran, kini jadi most wanted people, versi kadipaten.
Kemana-mana Pak Bun Bun selalu dibuntuti wartawan. Halaman DPRD yang biasanya sepi pun menjadi arena tongkrongan para wartawan dari berbagai media. Mereka menunggu Pak Bun Bun yang sedang memimpin rapat, untuk interview. Informasi dari teliksandi, pak Bun Bun terlibat kasus bun bun gate dan ijazahnya diduga palsu.
Dan benar saja, saat menjelang makan siang, pintu gedung DPRD terbuka dan keluarlah pak Bun Bun sang ketua DPRD Udang Rabun.

"Pak informasinya diperiksa polisi ya, pak?"
"argumen bapak tentang ijazah palsu bagaimana pak?,"
"pak ada unsur politis gak pak?," tanya wartawan bertubi-tubi.
"no coming, no coming," ucap ketua DPRD Udang Rabun, Bun Bun, ketika ditanya wartawan mengenai kasus bun bun yang sampai sekarang masih suka bun bun, Rabu (31/1)
wartawan yang sudah menunggu Bun Bun sejak pagi, mencoba mengkoreksi:
"jadi pak Bun Bun no coment nih," ucap bun bun, wartawan kombun.
"Ya , no coming lah, pokoknya no coming," jawab Bun Bun yang masih belum sadar jika omong salah, no coment menjadi no coming.

Oalah... inilah negeri Bun bun. Bayangkan jika itu terjadi di sebuah kabupaten di Republik Indonesia
Tapi... jangan dibuat pusing nanti kepala jadi pening.

Read More..

Tuesday, March 13, 2007

Percakapan Sepasang Kekasih

"Kalau kita nikah nanti mau nggak tinggal di apartemen?" tanya seorang dara pada kekasihnya suatu malam. "Tidak perlu besar, tapi nyaman. Setidaknya tinggal jalan saja ke kantor. Bisa punya waktu luang lebih banyak untuk anak-anak"
"Tapi cicilannya mahal." jawab sang kekasih ogah-ogahan.
"Aku bisa mengambil cicilan dari kantor,"kata sang dara.

"Kalau tinggal di apartemen, kita tak bisa manggil tukang bakso yang lewat, tak bisa juga manggil tukang siomay, atau tukang loak, sayang," ujar sang kekasih yang tahu persis kebiasaan gadisnya yang suka beli fastfood.
"Kita tak perlu tukang bakso, abang becak, atau siapapun, kan kita hanya di rumah ketika malam, dan pagi harus berangkat lagi," ujar sang dara tak mau kalah.
"Di apartemen tak boleh pelihara ayam dan tak bisa bikin kolam ikan," kata kekasih yang memang sejak awal punya cita-cita jadi peternak ayam dan ikan.
"Tapi bisa lihat langit sore yang berwarna lembayung sambil minum teh hangat," desak sang dara.
"Di kampung juga bisa, tinggal naik ke atas genteng," kata sang kekasih enteng.
'Huh, kalo gitu ya udah, aku tinggal diapartemen kamu tinggal di perumahan," ujar sang gadis menutup pembicaraan.
"Oke, ya udah kalau gitu," jawab sang kekasih tak mau kalah.
Tulit tulit tulit
Suara telepon membuat si gadis terjaga dari tidurnya. Nyawanya masih belum sepenuhnya menyatu dengan raga ketika ia memandangi ruang kamarnya yang juga menjadi ruang kerjanya. Tak ada lembayung senja atau teh hangat, tak ada suara abang bakso memanggil-manggil. Tak ditemukannya juga ujud sang kekasih. Yang ada hanyalah seperangkat layar monitor yang masih menyala. Ia sendiri, dan memang harus sendiri.

Read More..